Breaking News

Angka Kemiskinan Meningkat, Bengkulu Diambang Stagflasi


Realitapost.com, Bengkulu --
Berdasarkan data yang telah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu disebutkan bahwa Pada bulan Maret 2022, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu mencapai 297,23 ribu orang (14,62 persen), bertambah sebesar 5,4 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2021 yang sebesar 291,79 ribu orang (14,43 persen). 

Sedangkan, Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2021 sebesar 14,73 persen naik menjadi 14,88 persen pada Maret 2022. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2021 sebesar 14,28 persen naik menjadi 14,49 persen pada Maret 2022.

"Jadi prinsipnya kita mendata angka Kemiskinan Bengkulu hanya di bulan Maret dan September. Jadi bila melihat angkat pembanding Maret tahun ini dengan Maret tahun sebelumnya ada penurunan tapi dibanding bulan September tahun 2021 ada kenaikan," ujar Koordinator Fungsi Statistik Sosial, Budi Kurniawan, Minggu pagi (17/7/2022)

Menanggapi kondisi kemungkinan kenaikan angka kemiskinan Bengkulu untuk Bulan September 2022 mendatang bukan sesuatu yang mustahil meningkat. Apalagi melihat kondisi kenaikan sejumlah barang pokok, angjloknya harga sawit dan Pemberlakuan larangan Surat Edaran (SE) pihak Pertamina menjual BBM Biosolar ke seluruh sopir truk angkutan di Bengkulu kian berdampak.

Kepada wartawan, Ekonomi dari Universitas Bengkulu, Dr. Hutapea Wazir, SE, ME, menyebutkan bahwa kondisi atau situasi ekonomi Provinsi Bengkulu saat ini sudah mengarah pada kondisi Stagflasi dimana inflasi cenderung naik meski angka pertumbuhan naik atau turun.

"Jadi Stagflasi ini jika dalam kurun waktu 3 bulan terut-turut terjadi bisa mengarah pada kondisi Resisi dan ini bisa menjadi peringatan buat Pemerintah untuk segera mengambil langkah tepat dan cepat agar kondisi inflasi bisa ditekan.

Adapun faktor yang membuat kondisi inflasi naik antara lain naiknya sembako saat ini semisal cabai kini masih diatas harga Rp 100 ribuan, Bawang Merah, Telor, sayur manyur ikut naik, dan bahan pokok lainnya. Tentu, kenaikan harga ini disebabkan salah satunya adanya kenaikan biaya pengiriman barang. Sebagai akibat adanya pemberlakukan SE yang dikeluarkan Pertamina melarang para sopir truk tentu kami memengaruhi harga jual dan membuat daya beli masyarakat menurun.(red)

Tidak ada komentar